Rabu, 06 Juli 2011

Baong/Nakal itu PERLU!


"Anak laki-laki kalau nakal mah wajar.."
"ahh namanya juga anak laki, biarain aja atuh.."


Dua ekspresi di atas merupakan pernyataan permisif terhadap perkembangan seorang anak lelaki menjadi dewasa. tapi, apakah hanya terbatas di anak laki2 saja? ngga lah..di tengah modernisasi dan globalisasi, sebuah hal yang wajar kalau setiap anak punya sifat nakal.

Nakal. konotasi ini sudah terlanjur menjadi negatif.

kenapa? coba kita sambungkan kata "nakal" dengan kata pria dan wanita, lu bakalan nemu kata benda atau sifat yang identik dengan segala sesuatu yang negatif, seperti alkohol, dunia malam, kekerasan, dan pemberontakan.

Kita dulu pernah nakal. minimal bolos sekolah, coba-coba ngroko, berantem, jailin anak pak RT, yang ujung2nya kita pernah disetrap atau dijewer sama orang tua. setelah itu? ada yang jera, ada juga yang coba-coba nakal lagi.

Tapi, semua itu dipersalahkan pada TV, Majalah, Video games, dimana notabene Orang Tua mempersalahkan pihak ketiga atas pengaruh tidak baik terhadap anaknya. Bukan, kita disini gak akan bahas pengaruh didikan orang tua, itu soal lain lagi,dan sebenernya bukan salah orang tua juga, itu omong kosong.

tapi pernah ngga kalian berpikir kalo nakal itu sebenarnya bermanfaat, bahkan membantu membentuk ketangguhan pribadi seorang individu di masa depannya? Kata kuncinya adalah rasa penasaran, dan rasa ingin mencoba.

Coba kita lihat dari perspektif lain,

kalau kita ga nakal dan coba2 berantem sama teman yang mengejek kita, mungkin sekarang kalau ada yang gangguin kita di jalan, kita cuman bisa nunduk dan pasrah.

kalau kita ga nakal dan coba untuk maen bola dilapangan pas jam istirahat, mana kita bisa tahu cara manfaatkan waktu senggang buat berolahraga ktika kerja.,

Kalau kita ga sering2 jajan di luar, mana kita tahu cara manage uang sendiri? *terlepas dari sakit perutnya ya*

Kalau kita ga keluyuran jauh dari rumah dan sering pulang telat, mana bisa kita hafal jalanan dan cara berjalaan di jalan raya??

Kalau kita ga nakal, mana bisa kita belajar membedakan, mana yang baik dan yang buruk buat kita? ga selamanya apa yang kita yakini itu harus disuapin orang tua.

Coba bandingkan sama anak-anak yang selalu dilindungi extra oleh ortunya, yang selalu takut akan sesuatu, tunduk terhadap sesuatu. Thomas Alva Edison membakar habis gudang milik ayahnya, sebelum dia menemukan lampu bohlam.


semua itu harus dialami sendiri dan dirasakan betul manfaat, sebab akibat dari pengalaman. mau itu berakibat buruk nantinya, itu tergantung pengamalan kita terhadap pengalaman itu sendiri. Belajar itu adalah sesuatu yang tidak terlepaskan dari setiap detik kehidupan kita. kalau kata deterjen, ga kotor yah ga belajar. makanya kalau menurut gua, term "kenakalan remaja" itu tidak selamanya dikonotasikan secara negatif.

jadi, kalau pendapat saya, bandellah selagi bisa, selagi muda. cobalah segala sesuatu yang baru selama itu tidak merusak tubuh atau merugikan orang lain. tumbuh lah jadi orang yang tangguh dan kreatif dari kenakalan kita.